Ketika
agen real estate Zheng Qinyun dilarikan ke rumah sakit pada 24
September, ia tak mengabarkan pembantu rumah tangganya, Siti Musyafaah.
Zheng (56) tak ingin mengganggu Siti yang sedang merayakan Lebaran Haji.
Namun,
ketika Siti (39) menerima kabar bahwa majikannya sakit, ia bergegas ke
rumah sakit. Zheng menuturkan bahwa Siti menangis karena merasa
bersalah.
"Ibu, maaf, saat Anda membutuhkan saya, saya tak bersama Ibu," ucap Siti.
Setelah menjalani operasi, Zheng lumpuh. Wajah dan lengan kirinya kaku, ia tak bisa berpaling ke arah kiri.
"Saya
tak bisa bicara, saya tak mampu membuat ekspresi wajah, bahkan
tersenyum pun susah," jelas Zheng pada Asia One, Selasa (22/12/2015).
Zheng
yang merupakan ibu tunggal dengan tiga anak menambahkan, ahli terapi
fisik bahkan tak mampu membantu. Dalam kondisi tak berdaya, pembantunya
itu tetap setia menemani.
Siti merupakan TKW yang datang ke Singapura dari Indonesia 2010 lalu, dan bekerja kepada majikannya itu selama 5,5 tahun.
Ketika
Zheng terkena penyakit, Siti bekerja tanpa lelah untuk membantunya
melalui proses rehabilitasi, yang memakan waktu 7 sampai 8 jam per hari.
Siti memijat wajah Zheng setiap harinya demi kesembuhan.
Zheng mengaku, ketika ia merasa sakit dalam latihan lengan, Siti akan menyemangatinya.
"Ibu suatu hari akan membaik. Ibu harus kuat menghadapinya, saya akan menolong Ibu," ucap Siti.
Tiga
bulan setelah operasi, Zheng terbangun dan kaget sekaligus senang,
menyadari ia bisa memutar lehernya. Tak lama, tangan kirinya bisa
bergerak kembali, otot wajahnya kembali normal, dan rasa kaku di
punggungnya pun menghilang.
Zheng
sangat bersyukur, dan ingin memberi Siti hadiah uang tunai. Namun siti
menolaknya, menyatakan itu sudah menjadi tanggung jawabnya merawat sang
majikan. Ia pun mengaku melakukannya bukan demi uang.
Kedua
wanita ini memiliki hubungan yang baik dan erat, sehingga Siti
menominasikan Zheng dan keluarganya sebagai atasan yang baik, begitupun
sebaliknya, pada FDW & Employer of the year 2015 Awards oleh Foreign
Domestic Worker Association for Social Support and Training (FAST).
Siti menjelaskan, ketika ia baru tiba di Singapura, bahasa Inggrisnya tak baik, namun Zheng cukup sabar mengajarinya.
"Ibu
Zheng dan anak-anaknya mengajari saya bicara bahasa Inggris. Mereka
juga mengoreksi pengejaan saya. Bahasa Inggris saya meningkat baik dan
saya sayang anak-anaknya. Mereka menghormati saya, dan tak menganggap
saya sekedar pembantu," tutur Siti.
Siti
juga mengungkapkan bahwa ketika baru bekerja untuk keluarga Zheng, ia
menunggu keluarga selesai makan sebelum mulai makan. Namun Zheng
bersikeras mengajaknya menikmati hidangan bersama.
"Saya
bisa menikmati semua makanan di meja, bahkan yang sangat mahal seperti
abalone dan sirip hiu di acara Tahun Baru China. Mereka sudah menganggap
saya keluarga."
Zheng
juga membelikan Siti iPhone yang sama seperti untuk anak laki-lakinya.
Ia mengajarkannya melakukan panggilan telepon international, bahkan
memberi cuti hari ulang tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar